2008-07-01

Dari Agus Sudibyo

Setelah sekian lama hilang dari peredaran, mantan Menteri Penerangan Harmoko muncul lagi di hadapan publik beberapa saat lalu. Bung Harmokoatau Bung Har meluncurkan buku kesaksiannya tentang kejatuhan mantanPresiden Soeharto. Di negeri ini hampir tidak ada orang yang tidak tahu betapa lekatnya Bung Har dengan Soeharto hingga huru-hara politik1998 merenggangkan keduanya.
Namun, apakah buku itu sekadar memoar? Hampir pasti tidak! Buku itujuga menandakan langkah Harmoko untuk kembali terjun ke dunia politik.Sebuah partai politik baru bahkan telah ia dirikan, Partai Kerakyatan Nasional.Bukankah Bung Har sudah sepuh dan layaknya pensiun? Di sinilahpersoalannya. Bung Har tidak sendirian. Di depan kita ada sederetgenerasi sepuh (the sunset generation) yang dengan percaya diri dan semangat luar biasa berupaya kembali mendominasi dunia politik.
Jika menyimak bursa calon presiden pemilu 2009, kita akan menemukan deretangenerasi sepuh itu. Dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yangberusia 58 tahun, Wakil Presiden Jusuf Kalla (65), mantan PresidenMegawati Soekarnoputri (60), mantan Presiden Abdurrahman Wahid (67),Akbar Tandjung (62), Wiranto (60), Sutiyoso (63), hingga Sri SultanHamengku Buwono X (61). Dapat dipastikan, nama-nama inilah yangmeramaikan suksesi nasional tahun 2009.Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia memang lambat dalamregenerasi kepemimpinan. Generasi pertama pemimpin pascareformasi kinisudah berusia sekitar 60 hingga 70-an tahun, tetapi mereka masihmendominasi struktur politik dan pemerintahan di semua lini. Padahal,lebih dari cukup fakta yang menunjukkan mereka gagal dalam mengawalagenda-agenda reformasi.
Di bawah kepemimpinan mereka, Indonesiajustru kian terpuruk dalam krisis multidimensi hingga kini. Regenerasikepemimpinan nasional menjadi tak terelakkan. Generasi tua, dengankompleksitas masalah masa lalunya, tidak kompatibel bagi pelaksanaanagenda-agenda demokrasi. Krisis multidimensi yang dihadapi bangsaIndonesia membutuhkan pemimpin yang inovatif, berkualitas, danberorientasi ke depan.
Hal yang sulit diharapkan dari generasi tua. Persoalannya kemudian, apakah generasi muda siap memimpin? Apakahgenerasi muda mampu menciptakan perubahan? Ataukah jangan-janganmereka sesungguhnya setali tiga uang dengan seniornya?Seminar Republik Kaum Muda: Sinergi Kebangkitan Menuju Cita-Cita Republik menggambarkan masalah dan fakta pada aras ini.Kecuali dipolitik nasional, regenerasi kepemimpinan itu sebenarnya telahterjadi. Cukup banyak bukti menunjukkan pemimpin muda dapatdiandalkan. Kalaupun ada kendala, terutama bukan kendala kemampuanatau komitmen, tetapi kendala sistem dan struktur kekuasaan yang belumkondusif bagi ide perubahan yang mereka tawarkan.Cukup signifikanMerujuk pengalaman Anggota F-KB DPR Maria Ulfah, politisi muda di DPR jumlahnya cukup signifikan. Visi dan keberpihakan mereka juga cukupjelas. Namun, visi dan keberpihakan itu sulit diwujudkan karenaterbentur sistem pengambilan keputusan, hierarki politik partai yangtak kondusif bagi semangat perubahan.
Sebaik apa pun konsep atausolusi yang diajukan politisi muda, pada akhirnya suara mayoritaskomisi yang menentukan atau garis kebijakan partai atau lobi politisisenior. Kreativitas tokoh-tokoh muda itu juga tidak optimal karenamereka sering dipaksa mengurusi hal-hal di luar kompetensinya,ditempatkan di komisi yang tidak mereka kuasai duduk persoalannya.Kondisi yang berbeda tercipta di dunia bisnis. Seperti dikatakan KetuaHIPMI Sandiaga Uno, dunia bisnis lebih egaliter dan memberikan peluangsama besarnya kepada anak-anak muda. Di dunia bisnis pascakrisis 1998,justru terasa determinasi pengusaha-pengusaha muda. Dalam daftar 10besar pengusaha tersukses (terkaya) di Indonesia, didominasiorang-orang muda. Pada level itu, ada nama Haritanoesoedibyo, ChairulTandjung, Patrick Waluyo, dan Tom Lembong yang berusia 40-an.
Nama-nama yang relatif tidak dikenal sebelum krisis karena publikhanya mengenal taipan, seperti Salim atau Eka Cipta Widjaja. Sandi menyebut ide-ide dan pendekatan segar sebagai keunggulan parapengusaha muda itu. Jika para seniornya berbisnis dengan modalkedekatan dengan penguasa, para pengusaha muda lebih mengandalkan SDMberkualitas dan orientasi pada meritokrasi.Hal yang sama juga terjadi pada dunia pendidikan dan organisasinonpemerintah (ornop). Di dunia pendidikan tinggi, muncul tokoh-tokoh muda yang menjabat pimpinan rektorat ataupun dekanat. Di dunia ornop,suasana egaliter sangat mendukung munculnya tokoh-tokoh muda.Seperti dikatakan Hetifah Syaifuddin, mereka juga berhasil mengubahpendekatan dan mereposisi diri.
Dari pendekatan konfrontatif menujupendekatan kooperatif terhadap pemerintah. Dari posisi tukang kritik menjadi Dmitra partisipatoris pemerintah. Mereka tak canggungmelakukan program pendampingan pemerintahan daerah, merancang programparticipatory planning, dan lain-lain.Demikian pula yang terjadi pada aras pemberantasan korupsi. MenurutChandra Hamzah, KPK saat ini adalah KPK-nya anak muda. Dari 500 stafKPK, mayoritas adalah anak-anak muda. Demikian juga denganposisi-posisi kunci di lingkungan KPK. Unsur jaksa, polisi, dananggota KPK sendiri banyak diisi generasi muda, dengan kecenderungandan kegairahan yang khas anak muda: berorientasi ke depan, terbuka terhadap masukan, dan haus akan perubahan. DIni yangmenjelaskankemajuan kinerja KPK belakangan,kata Chandra.
Relokasi sukarelaTak kalah fenomenal kiprah Joko Widodo. Hanya 2,5 tahun menjadi WaliKota Surakarta, Joko berhasil membuat perubahan signifikan dalam tata pemerintahan dan pelayanan publik di wilayahnya. Sebagai pengusaha,perhatian utama Joko adalah pembenahan birokrasi yang buruk dan sangattidak efisien. Jangka waktu pengurusan izin usaha dipangkas dari 8 sampai 12 bulan menjadi enam hari, nyaris tanpa biaya sama sekali.Joko menerapkan one top service untuk perizinan usaha dan pelayananpublik yang lain. Sebuah terobosan fenomenal untuk konteks Indonesiabahwa pengurusan KTP di Surakarta hanya butuh waktu 1 jam, denganbiaya Rp 5.000.Joko Widodo juga berhasil merelokasi ratusan pedagang kaki lima (PKL)secara sukarela dan gotong-royong, tanpa penggusuran, bahkan denganarak-arakan yang meriah ke tempat baru yang benar-benar merekahendaki. Tak pelak, ruang-ruang publik yang sebelumnya dipenuhi PKLberhasil direvitalisasi. Joko juga merevitalisasi pasar-pasartradisional sehingga mampu bersaing dengan serbuan mal danhypermarket. Patut digarisbawahi, Pemerintah Kota Surakarta menetapkankebijakan zero grouth untuk PKL, hotel berbintang, dan pusat perbelanjaan.Joko Widodo tidak sendirian di sini.
Masih banyak pemimpin muda yangsukses menjalankan pemerintahan daerah, seperti Bupati Kebumen Rustriningsih dan Wali Kota Pekalongan dr HM Basyir Ahmad. Sungguhkontras membandingkan keberhasilan mereka dan cerita kegamangan ataukegagalan pemimpin generasi tua pada level nasional.Sandiaga Uno, Chandra Hamzah, Maria Ulfah, Hetifah Syaifuddin, dan Joko Widodo membuktikan tokoh muda mampu menjalankan kepemimpinan danlayak mendapatkan kesempatan lebih besar.
Tantangan mereka sekarang bukan sekadar merebut tampuk kepemimpinan, tetapi juga bagaimana mensinergikan potensi-potensi mereka dalam satu gerakan yang secarapolitik signifikan.Bagaimana agar tokoh-tokoh muda itu tidak terkesan berjalansendiri-sendiri pada bidang masing-masing? Seminar yang dilakukan LMI dan Kompas hanyalah titik awal menuju sinergi tersebut, terlebih menyambut 80 tahun Sumpah Pemuda, Oktober.
Agus Sudibyo Deputi Direktur Yayasan SET (Sains, Estetika, danTeknologi) Jakarta


Artikel Terkait:

3 comments:

wah sepertinya suhu politik sudah semakin panas nih...harmoko sudah mulai mencari simpati publik...

Bapepam-LK harus bersikap tegas soal mobilisasi investor abal-abal yang didandani bak investor betulan dan diberi dasi dan jas gratis -- meskipun terlihat tidak matching dan ketahuan gaya kampungnya. Itulah realitas yang bisa dilihat dalam penawaran umum perdana saham PT Adaro Energy Tbk. Mengapa Bapepam-LK tutup mata soal ini ? jangan-jangan ..... [YOHAN POETRA SOEMARNA menyampaikan terima kasih, jika berkenan meninggalkan pesan dengan mengunjungi blog kami].

boleh gak minta alamat imel mas agus, soalnya ada banyak pertanyaan yang pengen gua ajuin ke mas agus tentang pers di indonesia, tolong dong

Post a Comment