2008-09-13

Kisah Sedih Dari Bali

Kisah sedih dialami Desak Suarti, seorang pengerajin perak dari Gianyar, Bali. Pada mulanya, Desak menjual karyanya kepada seorang  konsumen di luar negeri. Orang ini kemudian mematenkan desain tersebut. Beberapa waktu kemudian, Desak hendak mengekspor kembalikaryanya. Tiba-tiba, ia dituduh melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Wanita inipun harus berurusan dengan WTO. "Susah sekarang, kami semuanya khawatir, jangan-jangan nanti beberapa motif asli Bali seperti `patra punggal', `batun poh', dan beberapa motif lainnya juga dipatenkan" kata Desak Suarti dalam sebuah wawancara. Kisah sedih Desak Suarti ternyata tidak berhenti sampai di sana. Ratusan pengrajin, seniman, serta desainer di Bali kini resah menyusul dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga negara asing. Tindakan warga asing yang mempatenkan desain warisan leluhur orang Bali ini membuat seniman, pengrajin, serta desainer takut untuk berkarya. Salah satu desainer yang ikut merasa resah adalah Anak Agung Anom Pujastawa. Semenjak dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga asing, Agung kini merasa tak bebas berkarya. "Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa menghasilkan 30 karya desain perhiasan perak. Karena dihinggapi rasa cemas, sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu desain pun," ujarnya hari ini. Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang dicuri, diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang Sayange, dan lain sebagainya. Kabar ini dari Saudara DEVIN.


Artikel Terkait:

24 comments:

benar.. pd akhirnya hak cipta di negara sy ngga ada harganya lagi.. btw mungkin jg itu sebuah balasan.. bawah kita memang suka membajak hak cipta orang juga.. hehueue

" siapa yang menabur angin akan menuai badai "

hikx benar ngga yach ??

wAh sTuju sma Jaloee.....

Mungkin ini memang balasan buat kita yang suka bajak.....

Skarang diliat aja udah kliatan. Coba sebutkan barang ber-merk apa di Indonesia yang gak dibajak. Tapi klo ini trus dibiarkan, bisa-bisa budaya kita abis dipatenkan bangsa lain.

untuk seorang seniman yang benar-benar seniman mungkin suatu karya adalah penghargaan.....tetapi apakah penghargaan itu merupakan suatu seni?......tergantung dari kita menilai suatu karya tersebut. Jadi Karya Bangsa kita hendaknya Pemerintah kitalah yang mengetahui nya.....susah mas...kalo sudah uang sudah bebicara, pemerintah juga diem-diem ajha tuhhhhh.....kayaknya sekarang banyak orang dinegara ini yang tidak menghargai seni bengsanya sendiri

waduh kita semakin diremehkan saja ama orang-orang luar ini, jangan-janagn semua produk hasil anak bangsa sudah dipatenkan sebagai hak milik mereka..ini bentuk dari persefsi mereka bahwa kita sangat lemah...

wah kek cerita tempe nih...yg udah jadi hak paten warga jepang

lam kelamaan budaya kita bisa diambil sama orang luar nie..mungkin juga pemerintah kurang tegas menyikapi hal ini

mungkin ada benernya juga kang jaloe, termasuk saya yang hampir tiap hari membajak hak cipta orang lain.tapi walaupun kita membajak tho gak pernah mengklaim hasil kerja orang lain dengan mematenkannya (red=membela diri)hehehehe, berbeda dengan warga asing yang disebutkan kang enhal itu, sudah membajak mematenkan hasil bajakannya pula.

Bagus juga dipatenkan oleh warga atau negara asing, karena pemerintah indonesia gak peduli terhadap budaya bangsa ini …

Kalo udah dipublikasikan sebagai milik negara lain baru pemerintah ribut ...duhhh

Tapi dapat dimaklumi juga, jangankan budaya berupa kerajinan2, tarian2, batik dsb nya ..pulau aja hilang disabet orang luar ...Sipadan, Ligitan udh lepas, untung Ambalat selamat ... tar lagi Natuna yang banyak minyak dibawahnya di klaim juga juga tuh ....

masalah klasik di Indonesia yang entah kapan habisnya

hmm....lagi2 karya kita dibajak....tapi mungkin emang hukum alam kang..habis orang indonesia senengannya juga membajak tuh ..he.he.he.

setuju sama mbak Unique, masalah klasik. Kalau nggak begitu, nggak Indonesia namanya.

Semakin tidak nasionalis (baca: benci Indonesia) saya nih

seharusnya kita bergerak dan lindungi bersama, agar anak cucu kita ikut merasakan budaya negeri kita :)

bajak? bajak sawah ya...? :D
saya setuju ma Bung Panda, kita harus bergerak dan melindungi bersama produk budaya kita agar kelak anak cucu kita bisa menikmatinya...

wah kalo masalah itu mah di indonesia dah seperti benang ruwet susah untuk diselesaikan

wah....masih sedih nih mas?.....sudah deh jangan sedih terus jalan masih panjang...hihihihi

kita baru merasa memiliki setelah org lain merebutnya...hampir selalu begitu. kapan ya bangsa ini belajar dr kesalahannya. hiks..

iya betuL om-om, abang-abang, akang-akang yang udah ngomong diatas saya,he,he,he...

akankah Pulau-pulau di Indonesia akan hilang juga di akui oleh Timor-timor,he,he,he

makin bingung dengan lembaga2 negara yg memiliki tugas mulia, yg seharusnya mengantisipasi. Ngapain ajah mereka? Sibuk bikin UU ttg urusan puser kebawah? :)

terus bagaima na hidup kita kelak jika kita tak bisa belajar dan segera mengambil hak kita

TRIPs? ada istilah baru nih... sebelumnya hanya mengenal HAKI (bahasa Indonesia).

urusan yang di Bali seperti apa sih? udah masuk tv belum?

yang dicuri apa? kerajinan perak ya? (ketinggalan berita)

Yaa itulah indonesia....

Perlindungannya masih kurang...

Seharusnya pemerintah tanggap dengan kejadian2 sebelum ini, dan segera memperbaharui database, agar aset2 kebudayaan kita gak kecolongan lagi...

fenomena yg mungkin akan semakin fenomenal lagi...

DIMANA TINDAKAN DARI PEMERINTAH INDONESIA? kebanyakan ngurusin perut dirinya dan keluarganya, tanpa peduli apa yg sdh terjadi

Indonesia habis sudah ( eh...belum ya?) milikmu...satu persatu mrotoli.

Post a Comment